Friday 30 June 2017

Apa itu Hard System dan Soft System Thinking

Mengenal system thinking. Dalam ilmu perancangan sistem dikenal dua macam system thinking, yakni Hard System thinking dan Soft System thinking. Dalam tulisan ini akan memberikan penjelasan mengenai hard system thinking dan soft system thinking.

Hard System Thinking

Hard System Thinking mengacu pada permasalahan di dunia nyata dengan mengerjakan apa yang bersifat teknis. Secara garis besar, Hard System Thinking dipengaruhi oleh tiga disiplin ilmu utama yakni : System Engineering (rekayasa sistem), System Analysis (analisis sistem), dan Operation Research (riset operasi).

System Engineering adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara merancang sistem yang kompleks secara total dan menjamin bahwa komponen-komponen yang ada di dalamnya dapat saling berinteraksi sehingga sistem yang dihasilkan dapat menyelesaikan suatu permasalahan dengan proses yang se-efisien mungkin. Tujuan dari System Engineering ini adalah dapat memastikan penggunaan sumber daya yang seoptimal mungkin yang dapat berupa manusia, uang, mesin, dan material.

Sementara itu, disiplin ilmu System Analyst adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana pengambilan suatu keputusan secara sistematis berdasarkan pertimbangan biaya, resiko, efektivitas, serta pengelolaan sumberdaya manusia. Tujuannya yakni untuk membantu pembuat kebijakan dalam menyelesaikan masalah yang muncul diantara interaksi antara manusia dan teknologi. Di dalam metodologi System Analysis terdapat tujuh langkah utama yakni :

  1. Merumuskan masalah
  2. Mengidentifikasi, merancang, memilah berbagai macam tanggapan
  3. Membangun dan menggunakan model sistem untuk memprediksikan akibat dari menggunakan tanggapan yang digunakan
  4. Membandingkan dan membuat skala prioritas dari berbagai tanggapan
  5. Mengevaluasi hasil analisis
  6. Mengambil keputusan dan mengimplementasikannya
  7. Mengevaluasi hasil dari akibat tindakan.

Disiplin ilmu yang ketiga yakni Operation Research. Riset operasi adalah ilmu yang mempelajari tentang penerapan metode-metode ilmiah untuk masalah-masalah yang rumit dengan pengarahan dan manajemen dari suatu sistem berskala besar yang terdiri dari manusia, mesin, bahan, dan uang di dalam industri, bisnis, atau pemerintah. Pendekatan dari riset operasi bertujuan untuk membentuk suatu model ilmiah dalam sebuah sistem dengan menggabungkan dari berbagai faktor seperti chance dan risk untuk membandingkan dan memprediksi hasil-hasil dari keputusan yang diambil.

Adapun tahap-tahapan dalam riset operasi antara lain : 

  1. Merumuskan masalah
  2. Merancang model matematis
  3. Memberikan solusi dari model tersebut
  4. Menguji model tersebut dan solusi yang diberikan
  5. Menerapkan kontrol atas solusi tersebut
  6. Mengimplementasikan solusi. 

Dalam perkembangannya, hard system thinking menuai banyak kecaman, yang pertama adalah hard system thinking memiliki ruang lingkup yang terbatas dalam pengaplikasiannya. Hard system thinking memerlukan tujuan atau sasaran didefinisikan dengan jelas pada awal proses metodologi.
Yang kedua, kegagalan hard system thinking untuk memberi perhatian khusus kepada setiap manusia dalam lingkungan sosio-teknis yang mana mereka terkadang menginginkan sesuatu yang telah disepakati dan mereka tidak ingin diperlakukan layaknya komponen mesin. Mereka membutuhkan sesuatu yang bisa membuat mereka termotivasi dalam bekerja dengan baik, tetapi justru malah terabaikan.

Ketika sistem yang besar dan rumit diikutsertakan dalam hard system methodology, pembangunan model perhitungan tidak dapat diabaikan dan akan memberikan efek keterbatasan visi dan bisa saja timbul prasangka dari perancangnya. Karena jika tidak diawasi, dapat berpotensi terjadinya penyimpangan atau manipulasi data.

Tingkatan dimana hard system thinking memberikan bantuan sebagaimana mestinya dicatat secara berkala. Hard system methodology membutuhkan hak khusus dari satu atau berbagai tujuan tanpa tujuan yang jelas untuk menjamin keberlangsungan dari rancangan itu sendiri dan penerapan dari beberapa usul dari stakeholder yang berpengaruh besar

mengenal system thinking


Soft Systems Thinking

Berbeda dengan hard system thinking, soft system thinking memiliki ruang lingkup dari aktivitas manusia yang kurang jelas dan terkesan dinamis. Dalam prosesnya, soft system thinking perlu memperhatikan berbagai aspek sosial humaniora seperti sosial, budaya, politik, psikologi, etika, dan estetika.

Tujuan dari soft system thinking dapat menimbulkan banyak interpretasi sehingga menjadi kurang jelas tujuan tersebut Sulitnya menentukan pengukuran kinerja dan keberhasilan dari soft sistem tersebut Sehingga masalah yang muncul dalam soft system umumnya tidak terstruktur dan juga dalam melakukan analisis terhadap soft system hendaknya dimulai semenjak masalah tersebut terbentuk dan muncul di permukaan

Metodologi dalam Soft System Thinking
1. Identifikasi masalah yang tidak terstruktur
2. Mengumpulkan data & informasi yang berkaitan dengan informasi tersebut dengan melakukan observasi, survey, serta diskusi. Lalu merumuskan dan mempresentasikan masalah tersebut melalui rich picture
3. Menghubungkan masalah dengan sistem yang ada lalu membuat root definition yang dapat menjelaskan proses pencapaian tujuan lalu mengujinya dengan CATWOE Analysis
4. Membuat model sistem konseptual untuk setiap sistem yang akan digambarkan dengan activity model lalu menentukan ukuran kinerja model tersebut berdasarkan efficacy, efficiency, dan effectiveness
5. Membandingkan antara model yang telah dibuat dengan kenyataannya dan apabila perlu, model konsep tersebut didiskusikan dengan stakeholders sehingga diharapkan dapat tercapai perubahan yang lebih baik dan sistematis

Kritik terhadap Soft System Thinking
1) Cakupan bidang soft system thinking sangat luas sehingga ada beberapa bagian yang lebih kecil yang kurang mendapat perhatian serius.
2) Soft system thinking menganut bahwa lingkup sosial yang merupakan wadah agar mereka dapat mengambil partisipasi dan kemungkinan untuk menjamin dan melihat solusi dari berbagai masalah organisasi sehingga dapat dijustifikasi secara cepat walaupun belum tentu akurat
3) Kepercayaan Soft system thinking dalam lingkup sosial hanya didukung karena mereka dengan tiruannya membatasi ruang lingkup dari proyek mereka sehingga tidak menantang ketertarikan klien atau sponsor mereka
4) Dibandikan dengan poin lainnya, soft system dikritisi karena mereka terlalu “subjektif” atau “idealis” dan sebagai konsekuensinya rentan terjadi konflik dan penyalahgunaan kekuasaan

Perbandingan Hard System dan Soft System
Hard system thinking memiliki masalah yang dapat didefinisikan dengan jelas. Contoh bagaimana cara menangani produksi lima ratus ribu kaleng makanan dalam waktu satu minggu. Sementara itu soft system thinking, memiliki masalah yang sulit didefinisikan dengan jelas, contohnya bagaimana cara agar konsumen puas terhadap produk yang kita produksi. Hard system thinking lebih bersifat teknis dan objektif sementara itu soft system thinking lebih bersifat manajerial dan subjektif.

Note : Tulisan ini dibuat oleh Ari dan Valian sebagai tugas mata kuliah Prinsip-Prinsip Sistem Informasi 2015/2016. Referensi disadur dari  research paper dari M.C. Jackson
Facebook Twitter Google+

 
Back To Top